Senin, 04 Juni 2012

Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan-Jawa Timur


Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jatim


Sejarah profile Ponpes PP Pontren Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jatim Jawa Timur Indonesia. Salah satu pesantren tertua di Indonesia (berdiri pada tahun 1718 atau 1745)

Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman. Beliau adalah keturunan Rasulullah r dari marga Basyaiban.

Ayahnya, Sayyid Abdurrahman, adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut Yaman. Sedangkan ibunya, Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan cucu Sunan Gunung Jati.

Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok pesantren di Sidogiri dengan dibantu oleh Kiai Aminullah. Kiai Aminullah adalah santri sekaligus menantu Sayyid Sulaiman yang berasal dari Pulau Bawean.

Konon pembabatan Sidogiri dilakukan selama 40 hari. Saat itu Sidogiri masih berupa hutan belantara yang tak terjamah manusia dan dihuni oleh banyak makhluk halus. Sidogiri dipilih untuk dibabat dan dijadikan pondok pesantren karena diyakini tanahnya baik dan berbarakah.

Tahun Berdiri

Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.

Dalam surat lain tahun 1971 yang ditandatangani oleh KA Sa’doellah Nawawie, tertulis bahwa tahun tersebut (1971) merupakan hari ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah yang dijadikan patokan hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir tahun pelajaran.

Panca Warga

Selama beberapa masa, pengelolaan Pondok Pesantren Sidogiri dipegang oleh kiai yang menjadi Pengasuh saja. Kemudian pada masa kepengasuhan KH Cholil Nawawie, adik beliau KH Hasani Nawawie mengusulkan agar dibentuk wadah permusyawaratan keluarga, yang dapat membantu tugas-tugas Pengasuh.

Setelah usul itu diterima dan disepakati, maka dibentuklah satu wadah yang diberi nama “Panca Warga”. Anggotanya adalah lima putra laki-laki KH Nawawie bin Noerhasan, yakni:

KH Noerhasan Nawawie (wafat 1967)

KH Cholil Nawawie (wafat 1978)

KH Siradj Nawawie (wafat 1988)

KA Sa’doellah Nawawie (wafat 1972)

KH Hasani Nawawie (wafat 2001)

Dalam pernyataan bersamanya, kelima putra Kiai Nawawie ini merasa berkewajiban untuk melestarikan keberadaan Pondok Pesantren Sidogiri, dan merasa bertanggung jawab untuk mempertahankan asas dan ideologi Pondok Pesantren Sidogiri.

Majelis Keluarga

Setelah tiga anggota Panca Warga wafat, KH Siradj Nawawie mempunyai gagasan untuk membentuk wadah baru. Maka dibentuklah organisasi pengganti yang diberi nama “Majelis Keluarga”, dengan anggota terdiri dari cucu-cucu laki-laki KH Nawawie bin Noerhasan.

Rais Majelis Keluarga pertama sekaligus Pengasuh adalah KH Abd Alim Abd Djalil. Sedangkan KH Siradj Nawawie dan KH Hasani Nawawie sebagai Penasehat.

Anggota Majelis Keluarga saat ini adalah:

KH A Nawawi Abd Djalil (Rais/Pengasuh)

d. Nawawy Sadoellah (Katib dan Anggota)

KH Fuad Noerhasan (Anggota)

KH Abdullah Syaukat Siradj (Anggota)

KH Abd Karim Thoyib (Anggota)

H Bahruddin Thoyyib (Anggota)

Sejarah Pengasuh dari Awal

Keberadaan Panca Warga dan selanjutnya Majelis Keluarga, sangat membantu terhadap Pengasuh dalam mengambil kebijakan-kebijakan penting dalam mengelola Pondok Pesantren Sidogiri sehingga berkembang semakin maju.

Tentang urutan Pengasuh, terdapat beberapa versi, sebab tidak tercatat pada masa lalu. Urutan di bawah adalah berdasarkan pada catatan yang ditandatangani KH A Nawawi Abd Djalil pada 2007.


Urutan Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri sampai saat ini adalah:

Sayyid Sulaiman (wafat 1766)

KH Aminullah (wafat akhir 1700-an/awal 1800-an)

KH Abu Dzarrin (wafat 1800-an)

KH Mahalli (wafat 1800-an)

KH Noerhasan bin Noerkhotim (wafat pertengahan 1800-an)

KH Bahar bin Noerhasan (wafat awal 1920-an)

KH Nawawie bin Noerhasan (wafat 1929)

KH Abd Adzim bin Oerip (wafat 1959)

KH Abd Djalil bin Fadlil (wafat 1947)

KH Cholil Nawawie (wafat 1978)

KH Abd Alim Abd Djalil (wafat 2005)

KH A Nawawi Abd Djalil (2005-sekarang)

*Courtesy: sidogiri.net

*disadur dari: www.alkhoirot.net 



0 komentar:

Posting Komentar